“August Winner” kita adalah saya
sendiri. Nama saya Pipit. Saya lahir dan besar di Lampung, tepatnya 30
November. Saya berzodiak Sagitarius dan bershio Ayam.
Hampir seluruh hidup saya
habiskan di Lampung, di sebuah kampung kecil bernama Pringsewu. FYI, saya
muslim sejak lahir ;-) Sejak kecil saya disekolahkan di sekolah Katholik.
Namanya juga tinggal di kampung, tidak banyak pilihan sekolah bagus. Saya
memiliki teman yang sama dari TK hingga SMP, membosankan sekaligus menyenangkan.
Seumur-umur, saya tidak pernah di bully
di sekolah, karena semua senior adalah tetangga rumah ;-) Baru kemudian di SMA
N 1 Pringsewu, saya mendapat beberapa teman yang sedikit berbeda.
Saat SMP, saya pernah ikut
program study tour di sekolah, waktu
itu kami diajak berkeliling UGM. Sepulang dari study tour, saya bilang pada orang tua, kelak saya ingin
kuliah di UGM. Ide ini ditolak oleh orang tua, karena Bapak saya hanya pegawai
rendahan, dianggap tidak mampu menyekolahkan anak hingga ke Pulau Jawa.
Tapi, saya itu anak yang keras
kepala. Saya menolak berkompromi, saya bilang pada orang tua; “kalau saya tidak
kuliah di UGM, mending tidak usah kuliah saja sekalian”. Kata ibu, dulu
saya ditertawakan tetangga karena ide “ingin kuliah di UGM”. Saya baru tahu hal
ini, bertahun-tahun kemudian setelah lulus cumlaude
dari UGM.
Saya kuliah di Fakultas Hukum
UGM. Setelah lulus, saya mencoba bekerja di Jogja. Kota Jogja tidak menawarkan
banyak pekerjaan bergaji besar, tapi buat saya, itu lebih baik daripada kerja
di kota asal tapi harus “menyogok”. Jadi, inilah saya sekarang, menjadi
penghuni tetap kota Jogja.
Berikut hasil obrolan singkat
saya dengan diri sendiri ;-)
Kapan sih pertama kali dapat penghasilan dan uangnya untuk apa?
Penghasilan pertama itu pas jaman kuliah. Waktu itu, saya mengajar
di beberapa Bimbel, bayarannya lumayan untuk standar UMR Jogja. Malah jika
sedang menjelang SNMPTN, bayarannya bisa melebihi target yang saya bayangkan.
Waktu itu dalam satu bulan, saya bisa dapat uang hingga diatas Rp 3 juta.
Rasanya senang banget, karena hanya bermodal status “mahasiswa di kampus
negeri” bisa dapat uang segitu banyaknya. Tentunya, itu kerja keras. Tiap hari kerja, bahkan sabtu minggu pun kerja. Mengajar sejak jam 07.00 WIB, pulang kerja sekitar jam 21.00
WIB. Saya bahkan dapat job hingga ke
luar kota. Perjuangan bangetlah!
13 tahun yang lalu, tidak banyak
pilihan buat mahasiswa untuk bekerja paruh waktu. Saya termasuk beruntung
karena di beri kepercayaan mengajar di banyak kelas dan di banyak tempat.
Bagian menyenangkannya, saya juga dapat tambahan teman tentor, yang ternyata
dosen di kampus negeri. Jadi, sebenarnya, malah saya yang dapat banyak tambahan
pelajaran.
Awalnya uang hasil mengajar untuk
beli buku. Dulu jaman mahasiswa, saya suka sekali membeli buku. Kadang uang
kiriman dari orang tua lebih banyak habis untuk membeli buku, daripada habis untuk makan. Biasanya di pertengahan
bulan, saya sudah tidak punya uang sepeser pun. Maklumlah, karena keterbatasan
ekonomi, orang tua tidak mengirimi saya banyak uang tiap bulan.
Kalau sudah begitu, biasanya saya
pinjam uang ke teman untuk biaya makan sampai akhir bulan. Lama-lama malu juga
sama teman, makanya akhirnya mencari pekerjaan tambahan, ya karena tidak punya
uang. Huahaha ;-)
Waktu itu, saya juga punya
penghasilan tambahan dari berdagang pulsa dan seprai, kadang kalau lagi musim
wisuda saya jualan boneka buat cinderamata. Pokoknya apa ajah dilakukan biar
dapat uang. Berdagangnya juga tidak ambil untung banyak, yang penting dagangan
laris, saya sudah cukup senang ;-)
Saya juga dapat beasiswa, kadang ikut
proyek penelitian dosen dan semacamnya, capek tapi menambah pengetahuan.
Pada akhirnya, uang yang saya
hasilkan bisa untuk bayar kost, biaya makan sebulan, beli buku, jalan-jalan,
beli kebutuhan perempuan kayak make up-baju-sepatu-tas.
Standarlah, seperti keinginan anak muda yang lain. Tapi teteup, paling banyak habis untuk beli buku.
Dari uang penghasilan tersebut, berapa yang diinvestasikan?
Tidak ada! Huehehe ;-) Waktu itu
belum kenal sama yang namanya Investasi. Uang bisa cukup satu bulan ajah udah
Alhamdulillah. Tidak pernah berpikir yang namanya Investasi dan Menabung.
Jadi, kapan mulai kenal investasi?
Saya itu diterima jadi pegawai
Desember 2008, mulai kerja awal tahun 2009. Sekitar tahun 2010, saya mulai
berpikir untuk investasi. Penyebabnya sepele. Saya melihat teman-teman seumuran
sudah mulai membeli tanah, mobil, dan mulai mencicil kredit rumah. Sedangkan
saya kok masih belum punya apa-apa.
Waktu itu, saya mulai berpikir,
bagaimana ya caranya, biar uang penghasilan saya tidak habis sia-sia. Saya
mulai belajar tentang financial.
Belajar otodidak. Sendirian. Makanya lambat. Tidak kunjung naik kelas. Huehehe
;-)
Pelajaraan pertama saya adalah
berinvestasi dalam emas batangan. Pertama kali saya bisa membeli kepingan emas
25 gram. Tidak beberapa lama kemudian, saya ingin investasi dalam bentuk beras
di koperasi simpan pinjam di kampung saya. Jadi, di koperasi tersebut,
transaksinya tidak pakai uang, tapi beras. Kayak barter jaman dahulu kala. Nah,
biar bisa ikutan tanam saham, emas saya gadaikan, uangnya saya gunakan untuk
ikut investasi di beras.
Sekitar awal tahun 2011, saya
iseng datang ke Bank membuat Dana Pensiun. Setelah kenal yang namanya Dana
Pensiun, saya mulai belajar menyimpan uang saya dalam bentuk ORI dan Sukri
(Sukuk Ritel). Sistemnya pun sama, saya gadaikan emas biar uangnya bisa
disimpan dalam bentuk ORI dan SUKRI. Lalu bunganya tiap bulan masuk rekening.
Dari rekening, menggunakan system
Autodebet, uang langsung masuk ke Dana Pensiun. Begitu tiap bulan hingga
sekarang.
Belajar dari Dana Pensiun,
kemudian saya kenal yang namanya Reksadana. Saya pun belajar sambil mencobanya
secara langsung. Jadi, teori langsung praktik. Yang terakhir, setahun ini, saya
mulai belajar tentang Investasi Saham. Saya juga ikutan investasi di kambing
etawa. Pokoknya, apa saja saya coba pelajari. Semuanya belajar sendiri.
Modalnya cuma nekat dan rajin baca buku ;-)
Kalau sekarang, dalam sebulan, dari seluruh penghasilan berapa prosen
masuk investasi?
Biasanya tiap awal bulan, saya
menyisihkan 20% untuk Dana Pensiun, 20% untuk Reksadana, 20% untuk menebus emas
yang saya gadaikan, 20% untuk jualan pulsa, 20% sisanya buat bayar kost, biaya
makan, bensin, dan kebutuhan sehari-hari.
Kalau dapat honor dan uang
tambahan, biasanya uang saya gunakan untuk tambahan menebus emas yang saya
gadaikan. Kalau sisanya masih banyak, uang saya simpan di sekuritas.
Kalau saham lagi turun, saya beli sebanyak-banyaknya, kalau harga lagi tinggi
saham saya jual, nanti kan dapat untung dari trading. Uangnya lumayan buat tambahan.
Punya tidak, hobby yang menguras tabungan?
Piknik! Huahaha ;-) Ini hobby
yang bener-bener menguras uang. Setidaknya, dalam 1 tahun, saya merencanakan
piknik ke satu negara dan satu daerah. Dan karena saya tipe solo traveling,
biasanya menghabiskan dana yang cukup besar, karena apa-apa kan ditanggung sendiri.
Kalau orang lain yang penghasilannya
tiap bulan besar, mungkin tidak masalah piknik ke Luar Negeri tiap tahun. Tapi
gaji saya kan standar. Jadi, sebenarnya ini adalah kegiatan yang imposible dan tidak masuk logika. Piknik
itu kayak candu, susah disembuhkan!
Karena saya tidak punya tabungan,
biasanya tiap mau liburan, saya gadaikan emas. Setelah liburan panjang, kerja
rasanya hanya untuk menebus emas yang tergadai. Huahaha ;-)
Dalam skala 1-10 dalam hal boros, kamu masuk yang mana?
10, sangat boros! Saya itu tipe
yang sama sekali tidak bisa pegang uang. Berapapun uang yang bisa saya hasilkan
hari itu, akan habis tidak tersisa pada hari itu juga. Buat saya, uang itu
kayak angin, tidak bisa di genggam ;|
Selain untuk piknik, memang uangnya habis untuk apa saja?
Pengeluaran terbesar untuk Idul
Fitri. Mulai dari tiket PP hingga oleh-oleh. Tapi, oleh-oleh-lah yang
menghabiskan biaya paling banyak. Saya paling suka membelikan hadiah buat
keluarga, mulai dari orang tua, keluarga inti, keponakan, sepupu, simbah,
hingga pakdhe-budhe, paman-bibi, semua keluarga besar, saya belikan
baju-sepatu-sarung baru buat lebaran. Kadang, hanya untuk biaya oleh-oleh, saya
bisa menghabiskan hingga Rp 5 juta. Itu belum termasuk bagi-bagi angpao buat para keponakan ;-) Jadi,
selain biaya piknik, biaya mudik paling menghabiskan uang.
Selain itu uang habis untuk
kebutuhan standar anak muda; buat beli handphone, laptop, motor, nonton ke
bioskop, mencoba restoran baru. Positifnya, saya tidak suka nge-mall, jadi
tidak kecanduan belanja. Negatifnya, sekalinya saya suka sesuatu, saya harus
beli tidak peduli berapapun harganya.
Biaya untuk baju kerja juga menghabiskan
banyak uang, dari seragam PSH, PSR, dan PSL saya punya hingga beberapa warna,
lalu sepatu mulai dari model standar hingga high heels, setidaknya dari setiap
model saya punya sepasang yang berwarna hitam, itu semua untuk keperluan kerja.
Saya jarang ke salon, tapi
beberapa produk kosmetik yang saya pakai harganya lumayan mahal, biasanya saya
membeli jika ada honor tambahan.
Saya juga menyisihkan sejumlah
uang untuk berkurban. Saya usahakan tiap tahun, saya mampu berkurban. Agar
tidak berat, uangnya saya bagi dalam 12 bulan. Jadi, tiap bulan saya menabung
khusus untuk dana qurban, jika dalam satu bulan ternyata tidak bisa menabung,
bulan depan harus bayar 2x lebih besar.
Kadang, dari kampung, saya sering
diminta untuk menyumbang pembangunan pondok pesantren, misal mau menambah
asrama baru atau membangun sumur bor baru. Walaupun honor saya tidak banyak,
biasanya, untuk kegiatan kampung tetap saya prioritaskan diatas kebutuhan
pribadi.
Kenapa tertarik membuat arisan emas?
Investasi dan menabung, jujur
saja, menurut saya bukanlah kegiatan yang menarik. Berhemat tidaklah
menyenangkan. Tapi menjadi harus, jika kita mengingat bahwa di masa depan ada
banyak hal yang perlu kita siapkan.
Karena tidak menarik, makanya
saya membuat arisan emas antam, agar orang-orang dalam kelompok arisan saling
mengingatkan arti pentingnya berinvestasi. Kita sudah tiap hari kerja, tidak
mau kan uangnya habis untuk hal sia-sia. Toh, kita tidak selamanya muda dan
sehat, tidak selamanya juga bisa bekerja.
Rencananya kalau menang arisan, emasnya untuk apa?
Buat tabungan, buat jaga-jaga
kalau butuh sesuatu yang darurat.
Bagaimana sih pengetahuanmu tentang dunia investasi?
Lumayan. Tidak pandai, tapi mau
belajar. Dalam ukuran 1-10, saya masuk urutan 6, lumayan! ;-)
Saya belajar dan telah praktik
tentang investasi emas, reksadana, saham, dana pensiun, tabungan dollar, ORI,
SUKUK RITEL dan investasi tanah. Masih banyak perlu belajar, makanya arisan
emas ini sengaja dibentuk tujuannya untuk share
pengalaman investasi.
Obsesi ke depan apa?
Dulu, saya punya obsesi untuk
piknik ke banyak negri mumpung saya muda. Sungguh, saya ingin sekali
mengunjungi tempat-tempat yang waktu saya kecil hanya bisa saya lihat di buku
dan kalender. Lalu, obsesi saya berganti, saya ingin membeli tanah sebelum
menikah. Sekarang, obsesi saya, ingin naik haji di usia muda. Pokoknya, mumpung
badan masih muda, masih sehat, masih kuat, saya ingin sekali naik haji. Ya, didoakan
saja diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Amiin.
*Pipit Damayanti. August 2014.
Pemenang ke-5 Arisan Emas Antam. Pemilik resmi blog pacarkecilku.blogspot.com.
Selamat Berkenalan ;-)