Monday, August 11, 2014

Confession About My Money; Pipit Damayanti


Pipit Damayanti. Foto oleh @chechand.
August Winner” kita adalah saya sendiri. Nama saya Pipit. Saya lahir dan besar di Lampung, tepatnya 30 November. Saya berzodiak Sagitarius dan bershio Ayam.

Hampir seluruh hidup saya habiskan di Lampung, di sebuah kampung kecil bernama Pringsewu. FYI, saya muslim sejak lahir ;-) Sejak kecil saya disekolahkan di sekolah Katholik. Namanya juga tinggal di kampung, tidak banyak pilihan sekolah bagus. Saya memiliki teman yang sama dari TK hingga SMP, membosankan sekaligus menyenangkan. Seumur-umur, saya tidak pernah di bully di sekolah, karena semua senior adalah tetangga rumah ;-) Baru kemudian di SMA N 1 Pringsewu, saya mendapat beberapa teman yang sedikit berbeda.

Saat SMP, saya pernah ikut program study tour di sekolah, waktu itu kami diajak berkeliling UGM. Sepulang dari study tour, saya bilang pada orang tua, kelak saya ingin kuliah di UGM. Ide ini ditolak oleh orang tua, karena Bapak saya hanya pegawai rendahan, dianggap tidak mampu menyekolahkan anak hingga ke Pulau Jawa.

Tapi, saya itu anak yang keras kepala. Saya menolak berkompromi, saya bilang pada orang tua; “kalau saya tidak kuliah di UGM, mending tidak usah kuliah saja sekalian”. Kata ibu, dulu saya ditertawakan tetangga karena ide “ingin kuliah di UGM”. Saya baru tahu hal ini, bertahun-tahun kemudian setelah lulus cumlaude dari UGM.

Saya kuliah di Fakultas Hukum UGM. Setelah lulus, saya mencoba bekerja di Jogja. Kota Jogja tidak menawarkan banyak pekerjaan bergaji besar, tapi buat saya, itu lebih baik daripada kerja di kota asal tapi harus “menyogok”. Jadi, inilah saya sekarang, menjadi penghuni tetap kota Jogja. 

Berikut hasil obrolan singkat saya dengan diri sendiri ;-)

Kapan sih pertama kali dapat penghasilan dan uangnya untuk apa?

Penghasilan pertama itu pas jaman kuliah. Waktu itu, saya mengajar di beberapa Bimbel, bayarannya lumayan untuk standar UMR Jogja. Malah jika sedang menjelang SNMPTN, bayarannya bisa melebihi target yang saya bayangkan. Waktu itu dalam satu bulan, saya bisa dapat uang hingga diatas Rp 3 juta. Rasanya senang banget, karena hanya bermodal status “mahasiswa di kampus negeri” bisa dapat uang segitu banyaknya. Tentunya, itu kerja keras. Tiap hari kerja, bahkan sabtu minggu pun kerja. Mengajar sejak jam 07.00 WIB, pulang kerja sekitar jam 21.00 WIB. Saya bahkan dapat job hingga ke luar kota. Perjuangan bangetlah!

13 tahun yang lalu, tidak banyak pilihan buat mahasiswa untuk bekerja paruh waktu. Saya termasuk beruntung karena di beri kepercayaan mengajar di banyak kelas dan di banyak tempat. Bagian menyenangkannya, saya juga dapat tambahan teman tentor, yang ternyata dosen di kampus negeri. Jadi, sebenarnya, malah saya yang dapat banyak tambahan pelajaran.

Awalnya uang hasil mengajar untuk beli buku. Dulu jaman mahasiswa, saya suka sekali membeli buku. Kadang uang kiriman dari orang tua lebih banyak habis untuk membeli buku, daripada habis untuk makan. Biasanya di pertengahan bulan, saya sudah tidak punya uang sepeser pun. Maklumlah, karena keterbatasan ekonomi, orang tua tidak mengirimi saya banyak uang tiap bulan.  

Kalau sudah begitu, biasanya saya pinjam uang ke teman untuk biaya makan sampai akhir bulan. Lama-lama malu juga sama teman, makanya akhirnya mencari pekerjaan tambahan, ya karena tidak punya uang. Huahaha ;-)     

Waktu itu, saya juga punya penghasilan tambahan dari berdagang pulsa dan seprai, kadang kalau lagi musim wisuda saya jualan boneka buat cinderamata. Pokoknya apa ajah dilakukan biar dapat uang. Berdagangnya juga tidak ambil untung banyak, yang penting dagangan laris, saya sudah cukup senang ;-)

Saya juga dapat beasiswa, kadang ikut proyek penelitian dosen dan semacamnya, capek tapi menambah pengetahuan.

Pada akhirnya, uang yang saya hasilkan bisa untuk bayar kost, biaya makan sebulan, beli buku, jalan-jalan, beli kebutuhan perempuan kayak make up-baju-sepatu-tas. Standarlah, seperti keinginan anak muda yang lain. Tapi teteup, paling banyak habis untuk beli buku.

Dari uang penghasilan tersebut, berapa yang diinvestasikan?

Tidak ada! Huehehe ;-) Waktu itu belum kenal sama yang namanya Investasi. Uang bisa cukup satu bulan ajah udah Alhamdulillah. Tidak pernah berpikir yang namanya Investasi dan Menabung.

Jadi, kapan mulai kenal investasi?

Saya itu diterima jadi pegawai Desember 2008, mulai kerja awal tahun 2009. Sekitar tahun 2010, saya mulai berpikir untuk investasi. Penyebabnya sepele. Saya melihat teman-teman seumuran sudah mulai membeli tanah, mobil, dan mulai mencicil kredit rumah. Sedangkan saya kok masih belum punya apa-apa.

Waktu itu, saya mulai berpikir, bagaimana ya caranya, biar uang penghasilan saya tidak habis sia-sia. Saya mulai belajar tentang financial. Belajar otodidak. Sendirian. Makanya lambat. Tidak kunjung naik kelas. Huehehe ;-)

Pelajaraan pertama saya adalah berinvestasi dalam emas batangan. Pertama kali saya bisa membeli kepingan emas 25 gram. Tidak beberapa lama kemudian, saya ingin investasi dalam bentuk beras di koperasi simpan pinjam di kampung saya. Jadi, di koperasi tersebut, transaksinya tidak pakai uang, tapi beras. Kayak barter jaman dahulu kala. Nah, biar bisa ikutan tanam saham, emas saya gadaikan, uangnya saya gunakan untuk ikut investasi di beras.   

Sekitar awal tahun 2011, saya iseng datang ke Bank membuat Dana Pensiun. Setelah kenal yang namanya Dana Pensiun, saya mulai belajar menyimpan uang saya dalam bentuk ORI dan Sukri (Sukuk Ritel). Sistemnya pun sama, saya gadaikan emas biar uangnya bisa disimpan dalam bentuk ORI dan SUKRI. Lalu bunganya tiap bulan masuk rekening. Dari rekening, menggunakan system Autodebet, uang langsung masuk ke Dana Pensiun. Begitu tiap bulan hingga sekarang.

Belajar dari Dana Pensiun, kemudian saya kenal yang namanya Reksadana. Saya pun belajar sambil mencobanya secara langsung. Jadi, teori langsung praktik. Yang terakhir, setahun ini, saya mulai belajar tentang Investasi Saham. Saya juga ikutan investasi di kambing etawa. Pokoknya, apa saja saya coba pelajari. Semuanya belajar sendiri. Modalnya cuma nekat dan rajin baca buku ;-) 

Kalau sekarang, dalam sebulan, dari seluruh penghasilan berapa prosen masuk investasi?

Biasanya tiap awal bulan, saya menyisihkan 20% untuk Dana Pensiun, 20% untuk Reksadana, 20% untuk menebus emas yang saya gadaikan, 20% untuk jualan pulsa, 20% sisanya buat bayar kost, biaya makan, bensin, dan kebutuhan sehari-hari.

Kalau dapat honor dan uang tambahan, biasanya uang saya gunakan untuk tambahan menebus emas yang saya gadaikan. Kalau sisanya masih banyak, uang saya simpan di sekuritas. Kalau saham lagi turun, saya beli sebanyak-banyaknya, kalau harga lagi tinggi saham saya jual, nanti kan dapat untung dari trading. Uangnya lumayan buat tambahan.        

Punya tidak, hobby yang menguras tabungan?

Piknik! Huahaha ;-) Ini hobby yang bener-bener menguras uang. Setidaknya, dalam 1 tahun, saya merencanakan piknik ke satu negara dan satu daerah. Dan karena saya tipe solo traveling, biasanya menghabiskan dana yang cukup besar, karena apa-apa kan ditanggung sendiri.  

Kalau orang lain yang penghasilannya tiap bulan besar, mungkin tidak masalah piknik ke Luar Negeri tiap tahun. Tapi gaji saya kan standar. Jadi, sebenarnya ini adalah kegiatan yang imposible dan tidak masuk logika. Piknik itu kayak candu, susah disembuhkan! 

Karena saya tidak punya tabungan, biasanya tiap mau liburan, saya gadaikan emas. Setelah liburan panjang, kerja rasanya hanya untuk menebus emas yang tergadai. Huahaha ;-)

Dalam skala 1-10 dalam hal boros, kamu masuk yang mana?

10, sangat boros! Saya itu tipe yang sama sekali tidak bisa pegang uang. Berapapun uang yang bisa saya hasilkan hari itu, akan habis tidak tersisa pada hari itu juga. Buat saya, uang itu kayak angin, tidak bisa di genggam ;|

Selain untuk piknik, memang uangnya habis untuk apa saja?

Pengeluaran terbesar untuk Idul Fitri. Mulai dari tiket PP hingga oleh-oleh. Tapi, oleh-oleh-lah yang menghabiskan biaya paling banyak. Saya paling suka membelikan hadiah buat keluarga, mulai dari orang tua, keluarga inti, keponakan, sepupu, simbah, hingga pakdhe-budhe, paman-bibi, semua keluarga besar, saya belikan baju-sepatu-sarung baru buat lebaran. Kadang, hanya untuk biaya oleh-oleh, saya bisa menghabiskan hingga Rp 5 juta. Itu belum termasuk bagi-bagi angpao buat para keponakan ;-) Jadi, selain biaya piknik, biaya mudik paling menghabiskan uang.

Selain itu uang habis untuk kebutuhan standar anak muda; buat beli handphone, laptop, motor, nonton ke bioskop, mencoba restoran baru. Positifnya, saya tidak suka nge-mall, jadi tidak kecanduan belanja. Negatifnya, sekalinya saya suka sesuatu, saya harus beli tidak peduli berapapun harganya. 

Biaya untuk baju kerja juga menghabiskan banyak uang, dari seragam PSH, PSR, dan PSL saya punya hingga beberapa warna, lalu sepatu mulai dari model standar hingga high heels, setidaknya dari setiap model saya punya sepasang yang berwarna hitam, itu semua untuk keperluan kerja. 

Saya jarang ke salon, tapi beberapa produk kosmetik yang saya pakai harganya lumayan mahal, biasanya saya membeli jika ada honor tambahan. 

Saya juga menyisihkan sejumlah uang untuk berkurban. Saya usahakan tiap tahun, saya mampu berkurban. Agar tidak berat, uangnya saya bagi dalam 12 bulan. Jadi, tiap bulan saya menabung khusus untuk dana qurban, jika dalam satu bulan ternyata tidak bisa menabung, bulan depan harus bayar 2x lebih besar.

Kadang, dari kampung, saya sering diminta untuk menyumbang pembangunan pondok pesantren, misal mau menambah asrama baru atau membangun sumur bor baru. Walaupun honor saya tidak banyak, biasanya, untuk kegiatan kampung tetap saya prioritaskan diatas kebutuhan pribadi.

Kenapa tertarik membuat arisan emas?

Investasi dan menabung, jujur saja, menurut saya bukanlah kegiatan yang menarik. Berhemat tidaklah menyenangkan. Tapi menjadi harus, jika kita mengingat bahwa di masa depan ada banyak hal yang perlu kita siapkan.

Karena tidak menarik, makanya saya membuat arisan emas antam, agar orang-orang dalam kelompok arisan saling mengingatkan arti pentingnya berinvestasi. Kita sudah tiap hari kerja, tidak mau kan uangnya habis untuk hal sia-sia. Toh, kita tidak selamanya muda dan sehat, tidak selamanya juga bisa bekerja.

Rencananya kalau menang arisan, emasnya untuk apa?

Buat tabungan, buat jaga-jaga kalau butuh sesuatu yang darurat.

Bagaimana sih pengetahuanmu tentang dunia investasi?

Lumayan. Tidak pandai, tapi mau belajar. Dalam ukuran 1-10, saya masuk urutan 6, lumayan! ;-)

Saya belajar dan telah praktik tentang investasi emas, reksadana, saham, dana pensiun, tabungan dollar, ORI, SUKUK RITEL dan investasi tanah. Masih banyak perlu belajar, makanya arisan emas ini sengaja dibentuk tujuannya untuk share pengalaman investasi.  

Obsesi ke depan apa?

Dulu, saya punya obsesi untuk piknik ke banyak negri mumpung saya muda. Sungguh, saya ingin sekali mengunjungi tempat-tempat yang waktu saya kecil hanya bisa saya lihat di buku dan kalender. Lalu, obsesi saya berganti, saya ingin membeli tanah sebelum menikah. Sekarang, obsesi saya, ingin naik haji di usia muda. Pokoknya, mumpung badan masih muda, masih sehat, masih kuat, saya ingin sekali naik haji. Ya, didoakan saja diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Amiin.

*Pipit Damayanti. August 2014. Pemenang ke-5 Arisan Emas Antam. Pemilik resmi blog pacarkecilku.blogspot.com. Selamat Berkenalan ;-)

0 komentar:

Post a Comment

berkomentarlah ;-)

 
© Copyright 2013 pacarkecilku